Bakso Gepeng Rawamangun yang Legendaris - Sejak pandemi hadir di Indonesia, rasanya saya sekeluarga udah gak pernah jajan di luar. Lebih mikir sayang duitnya, sih. Semakin memisahkan mana kebutuhan dan keinginan.
Setiap kali mau jajan di luar, langsung berhitung dulu. Abis itu merasa sayang aja ma duitnya. Kayaknya mending masak sendiri. Dengan sejumlah uang yang sama bisa dapat lebih banyak hihihi.
Saat pertama kali menghadapi Ramadan dalam suasana pandemi, saya masih merasa biasa aja. Dibilang sedih juga enggak. Malah bersyukur karena bisa full berkumpul dengan keluarga.
Saya juga gak merasa kehilangan momen buka puasa di luar. Saya semakin menjadi anak rumahan banget setiap kali Ramadan. Males bukber di luar, apalagi di tempat ramai. Kalaupun cari tajil, mendingan dibungkus untuk dimakan di rumah.
Ramadan tahun kedua baru, deh, baperan terus. Kapan berakhirnya ini pandemiiii? Kangen atuh lah mudik Lebaran. Pengen ziarah ke makan papah ðŸ˜.
Iya, tau kalau silaturahmi bisa lewat digital saat pandemi. Berdoa pun bisa dari mana aja. Tetapi, kan, tetap aja ada rasa kangen yang memuncak.
[Silakan baca: Yuk, Kita ke Bakso Kemon!]
"Ngebakso aja, Bun."
Suami saya selalu nawarin makan bakso, nasi padang, atau nasi uduk setiap kali saya sedih. Dia udah paham banget kalau makanan bisa bikin saya kembali tersenyum. Paling gak sedih atau marahnya bisa mereda sesaat hahaha.
Tetapi, di saat pandemi begini, saya gak langsung mengiyakan. Pastinya yang pertama berhitung dulu. Kemudian, saya masih agak deg-degan dengan protokol kesehatannya. Belum pernah sekalipun makan di luar sejak pandemi.
Suami berhasil meyakinkan saya. Sebetulnya kalau hanya ingin ngebakso, kami bisa pakai layanan pesan antar. Tetapi, sudah lama juga gak jalan berdua ma suami. Sejak pandemi, kami memang lebih banyak di rumah. Makanya suami juga ajak saya ke luar supaya sesekali jalan-jalan. Tentu dengan tetap patuh protokol kesehatan.
Kami pun jalan-jalan sore cari tukang bakso di sekitaran Rawamangun. Cukup lama juga kami keliling-keliling. Di sana banyak aja yang jual bakso. Ada yang legendaris, ada juga pedagang baru.
Tetapi, sore itu semuanya rame banget. Mungkin karena 1 hari menjelang Ramadan. Suasananya udah kayak normal aja, deh. Kayak bukan pandemi. Jelas aja saya gak berani kalau rame.
[Silakan baca: Bakso Rusuk Sunan Giri Sebagai Obat Kecewa]
Setelah muter-muter, kami pun ke bakso Gepeng Rawamangun. Pas banget ada 1 meja yang kosong. Kami langsung duduk. Saya juga mau makan di sana karena tempatnya cukup terbuka. Berlokasi di area parkiran, bukan di dalam ruangan.
Bakso Gepeng Rawamangun yang terletak di jalan Balai Pustaka. Lokasinya satu area dengan parkiran Soes Merdeka. Tetapi, lebih banyak dikenal lokasinya samping Apotik Rini. Bakso Gepeng ini katanya termasuk legendaris. Kabarnya sudah ada sejak akhir tahun 80an. Tetapi, ini pengalaman pertama saya makan di sana.
Gak pakai lama, pesanan kami pun datang. Saya langsung menyeruput kuahnya sebelum diberi tambahan saos dan lainnya. Udah jadi kebiasaan aja. Apalagi kalau baru pertama kali mencoba. Pasti deh saya sruput dulu kuah beningnya.
Enaaaaak! Kami berdua sepakat kalau kuahnya aja udah enak. Gak perlu ditambahin saos sambal, kecap, dan bumbu perasa lainnya juga gak apa-apa. Paling kalau suka pedas bisa dikasih sambal.
Suami memilih tetap bening kuahnya karena rasanya memang udah pas. Saya pun sepakat, tetap teteeeuuup akhirnya dikasih kecap, saos cabe, dan sambal rawit juga. Memang jadinya menghilangkan rasa asli dari kuahnya. Tetapi, saya lagi kangen makan bakso dengan kuah yang pekat hehehe.
Bakso halusnya memang menjadi ciri khas karena bentuknya gepeng. Kekenyalan baksonya pas. Tetapi, saya justru lebih suka bakso uratnya daripada yang gepeng.
Saya menaruh masker di tas, sesaat sebelum makan. Gak berani diturunkan ke dagu karena katanya kan bisa mencemari bagian dalam masker. Kami duduk berhadap-hadapan tanpa banyak bicara.
Selesai makan, kami langsung bayar dan pulang. Gak pakai istirahat sejenak dulu samhil ngobrol ringan. Selain waktu semakin mendekati maghrib, belum nyaman aja kalau harus berlama-lama makan di ruang publik. Handphone pun hanya saya keluarkan saat mau foto makanan dan suasana. Gak berani buka hp. Khawatir nanti terpapar virus hpnya. Bener-bener ya di masa pandemi ini hehehe.
Saya lupa harga per porsinya. Tetapi, seingat saya 2 porsi bakso, 2 teh botol, dan 1 kerupuk sekitar Rp50ribuan. Kurang lebih segitu, deh.
[Silakan baca: Bakmi Tasik Rawamangun, Rasanya Bikin Ketagihan]
Kalau baca review beberapa netizen, mie ayam di sana juga katanya enak. Tetapi, saat kami ke sana, lagi gak jualan. Hanya bakso gepeng. Ya udah lah memang niatannya pengen ngebakso.
Kalau Sahabat KeNai lagi kulineran di sekitaran Rawamangun dan pengen ngebakso, Bakso Gepeng Rawamangun termasuk yang saya rekomendasikan. Kalau bingung lokasinya, cari aja Apotik Rini di Google Maps.
Bakso Gepeng Jeko Rawamangun
Jl. Balai Pustaka Timur
Jakarta Timur 13220