Info Rute dan Harga Tiket Masuk Situgunung Supension Bridge Terbaru - (update 3/2 '21) Sebelum menceritakan tentang perjalan kami kali ini, saya infokan dulu kalau menyebrang di Jembatan Gantung Situgunung pada malam hari, bukan untuk wisatawan umum. Jam operasionalnya masih tetap sama. Hanya dari pagi sampai sore. Tetapi, ada rute dan harga yang baru saat kami ke sana.
Desember 2020, pertama kalinya saya keluar rumah untuk liburan di saat pandemi. Sebetulnya gak murni liburan. Ada urusan lain juga yang sempat tertunda sekian bulan. Karena udah masuk musim libur, anak-anak pun ingin ikut. Begitu juga dengan kakak ipar dan keluarganya.
Contents
- Harga Tiket Masuk Jembatan Gantung Situgunung
- Rute Terbaru Jembatan Gantung Situ Gunung
- Ekspedisi Lembah Purba
- Rasanya Menyebrang di Jembatan Gantung Situ Gunung Pada Malam Hari
- Jembatan Merah, Jembatan Gantung Terbaru di Situgunung
- Perbedaan Fasilitas Reguler dan VIP
- Lokasi Situgunung Suspension Bridge
Harga Tiket Masuk Jembatan Gantung Situgunung
Harga tiket masuk jembatan gantung Situgunung terbaru
Sepertinya pandemi tidak menghentikan para wisatawan yang ingin merasakan sensasi menyebrang di jembatan terpanjang se-Asia Tenggara ini. Tetap aja ramai banget!
Sebelum pandemi pun, saya sekeluarga menahan diri untuk tidak ke sana di saat ramai. Lebih memilih datang saat sore hari menjelang tutup. Kunjungan kedua di pagi hari. Bahkan gerbang jembatan belum dibuka, kami sudah datang hehehe.
Kami memang kurang menyenangi tempat ramai. Di saat normal pun tetap memilih lokasi yang sepi. Apalagi di saat pandemi. Meskipun dari tempat pariwisatanya sudah ada peraturan menjaga jarak, dicek suhu tubuh, dan lain sebagainya.
Di sore itu, suami mengajak saya untuk melihat suasana di sana. Ternyata sekarang ada pembaruan harga tiket. Tadinya kan hanya ada 1 harga yaitu IDR50K. Kalau sekarang terbagi menjadi 3 harga yaitu regule, VIP 1, dan VIP 2.
Tentu saja fasilitas di setiap harga berbeda. Begitu juga dengan rutenya. Seperti apa sih rute terbaru jembatan gantung Situ Gunung?
Back to Content ⇧
Rute Terbaru Jembatan Gantung Situ Gunung
Kami hanya pergi berdua, tidak mengajak yang lain dulu. Suami ingin ngobrol dengan temannya. Sekalian kami melihat situasi di sana dulu.
Menjelang jam operasional ditutup, suasana mulai sepi. Kalau pun masih terlihat wisatawan, kebanyakan udah jalan pulang. Bukan baru mau menyebrang jembatan.
Jalan setapak di jalur reguler
Kami berjalan kaki melewati jalur reguler. Jarak tempuhnya agak lebih jauh daripada jalur ketika kami pertama kali berkunjung ke jembatan gantung. Jalur reguler ini jadi sama dengan jalur darat menuju curug sawer. Nanti setelah berjalan sekitar 15 menitan, baru deh terpisah jalan.
Di sini jalur reguler dan jalur darat (gak melewati jembatan) menuju curug sawer berpisah
"Kayaknya rute yang dulu itu sekarang dipakai untuk jalur VIP deh, Yah. Untuk reguler buka rute baru, tapi jadi sedikit agak jauh."
Selain perbedaan di jarak tempuh, untuk jalur VIP juga kendaraan bisa masuk sampai resto de'Balcony. Kalau pun di dalam sudah penuh, mobil bisa parkir di luar. Nanti akan diantar ke dalam pakai shuttle. Sedangkan untuk rute reguler ya harus jalan kaki. Gak ada kendaraan yang bisa lewat.
Kendaraan boleh masuk bagi wisatawan VIP atau diantar pakai shuttle karena area parkir di dalam juga gak banyak
Ya simplenya tuh kalau jalur VIP gak pakai keringetan dulu sebelum menyebrang jembatan. Karena kendaraan bisa langsung masuk ke dalam atau diantar pakai shuttle. Sedangkan yang reguler harus jalan kaki sekitar 15-20 menitan lah dengan kecepatan jalan yang sedang.
Back to Content ⇧
Ekspedisi Lembah Purba
Semoga kapan-kapan bisa ikut Ekspedisi Lembah Purba
Sore itu, kami memang gak ada niatan untuk menyebrang. Kami hanya ingin mengobrol tentang potensi wisata di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terus dikembangkan. Dalam 2 tahun terakhir ini lumayan pesat juga perkembangannya.
Jalan ke Danau Situgunung dibagusin. Mau Curug Sawer juga menjadi lebih singkat dan mudah dengan adanya Situgung Suspension Bridge. Bahkan di area jembatan juga sudah bertambah 1 jembatan gantung lagi.
Saat ini juga sedang dikembangkan wisata Ekspedisi Lembah Purba. Saya excited mendengar cerita tentang curug ini dan jalur yang akan dilewati. Tetapi, dari hasil obrolan, saya menangkap kesan kalau perjalanan ini bukan sesuatu yang mudah. Apalagi buat wisawatan yang mungkin terbiasa berjalan santai.
Anak kecil pun gak direkomendasikan ikut. Makanya suami sempat ditanya usia Keke dan Nai. Baru deh boleh diajak karena Nai udah SMP.
Kabarnya harga Ekspedisi Lembah Purba ini IDR350K per orang. Saya agak lupa, termasuk apa aja dengan harga segini. Nanti deh ya kalau jadi ke sana, saya ceritain lagi. Mudah-mudahan aja pandemi segera usai. Aamiin Allahumma Aamiin.
Angka-angka itu menunjukkan beberapa area wisata yang sudah dan sedang dikembangkan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Di mana lokasi Curug Kembar? Ada di pojok kiri atas (gak kefoto angkanya).
Setelah berdiskusi dan menimbang-nimbang, kami putuskan gak jadi ke curug kembar. Salah satu alasannya adalah kami gak mungkin mengajak kakak ipar dan keluarga. Tetapi, mau ditinggal juga gak enak. Masa' udah diajak trus ditinggal.
Salah satu kaki kakak ipar kan sudah diamputasi. Akan sulit berjalan menggunakan kruk kalau aksesnya gak mudah. Selain itu, istri dan anaknya takut ketinggian. Makanya mereka juga gak tertarik untuk menyebrang di jembatan gantung.
Kondisi pandemi juga bikin saya berpikir ulang untuk melakukan perjalanan. Suasana di curug kembar mungkin sepi. Hanya saja kalau lagi pandemi begini, saya agak menahan diri untuk tidak terlalu forsir stamina.
Apalagi sekian bulan di rumah aja. Lumayan lama nih fisik gak dipakai untuk jalan. Olahraga juga lagi malas-malasan. Jadi pilih aktivitas yang agak santai dulu aja dan tetap jauh dari keramaian.
"Yah, kenapa dinamain Ekspedisi Lembah Purba?"
Saya teringat waktu ke Goa Jomblang. Untuk menikmati keindahan ray of light di goa tersebut, kami melewati hutan purba yang berada di kedalaman 60 meter perut bumi. Tanaman-tanaman yang ada di sana sudah berusia sangat tua bahkan tidak tumbuh di dasar bumi.
Makanya saya sempat berpikir lembah purba akan sama kayak hutan purba. Tetapi, kata suami, Ekspedisi Lembah Purba hanya penamaan aja. Supaya terkesan menarik bagi wisatawan.
[Silakan baca: Ray of Light Goa Jomblang yang Bikin Speechless]
Back to Content ⇧
Rasanya Menyebrang di Jembatan Gantung Situ Gunung pada Malam Hari
Siap-siap menyebrang di jembatan gantung Situ Gunung
Batal ke curug kembar, kami pun janjian lagi untuk ketemuan malam hari di jembatan gantung. Teman suami ingin mengajak ke jembatan baru di sana.
Tentu aja saya senang banget. Setahun yang lalu kan batal merasakan menyeberang jembatan di malam hari. Saya keburu kedingingan gara-gara lupa bawa jaket. Sekarang rasa penasaran itu akan terbayar.
Usai makan malam, kami beramai-ramai ke sana. Yup! Keluarga kakak ipar penasaran juga dan pengen ikutan. Padahal katanya takut ketinggian hehehe. Kali ini, kami melewati jalur VIP meskipun tetap berjalan kaki, Kecuali kakak ipar menggunakan motor hingga resto.
Suasana malam itu terasa sepi. Sudah tidak ada satu pun wisatawan. Hanya kami dan beberapa karyawan di sana yang melintas.
Menyebrang di Situgunung Suspension Bridge pada malam hari bukan untuk wisatawan umum. Hanya petugas dan tamu glamping yang dibolehkan. Itu pun hanya sampai pukul 9 malam. Di seberang memang ada Situgunung Glamping. Jembatan gantung ini menjadi akses masuk ke area campingnya. Tentang glampingnya sudah pernah saya ulas di postingan lain, waktu pertama kali kami menyebrang di jembatan ini, ya.
Bagi saya, menyebrang di malam hari ternyata biasa aja. Bedanya cuma gelap, penerangannya dari lampu di sepanjang jembatan. Karena sepi yang menyebrang, jembatan juga cenderung stabil. Tidak terlalu berasa mengayunnya.
Istri kakak ipar dan anaknya yang takut ketinggian mau juga ikutan menyebrang. Alasannya kalau gelap gak kelihatan bawahnya. Jadi berani ikutan. Tapi, kalau masih terang mah gak mau banget.
Setelah menyeberang, kami lanjut ke jembatan merah. Hanya kakak ipar yang gak ikutan karena untuk menuju jembatan baru ini kami harus berjalan kaki.
Saat kembali menyebrang jembatan gantung untuk kembali ke parkiran, dia benar-benar sendirian. Katanya kalau sendiri gitu deg-degan juga. Jembatan jadi berasa panjang banget dan lama banget sampai ke ujung. Mana gak mungkin pula berlari karena menggunakan kruk.
[Silakan baca: Uji Nyali di Jembatan Gantung Situgunung]
Back to Content ⇧
Jembatan Merah, Jembatan Gantung Terbaru di Situgunung
Suspension bridge Situgunung difoto dari jembatan merah
Kabarnya sejak ada jembatan gantung, suasana di Situgunung selalu ramai. Apalagi akhir pekan dan masa liburan. Saya pun merasakan perbedaannya di 2 tahun terakhir ini. Dulu tuh kalau ke sana sunyi banget, sekarang sangat ramai.
Jembatan gantung masih menjadi primadona. Pengunjungnya sangat banyak. Antreannya bisa mengular banget. Sepupu suami pernah cerita sampai harus antre sekian jam supaya bisa merasakan menyebrang di sana.
Untuk mengantisipasi kepadatan dan antrean yang lama juga sangat panjang, maka dibangunlah jembatan gantung yang baru. Jadi nantinya jembatan utama hanya akan menjadi satu arah. Jalur pulangnya akan melalui jembatan gantung yang lain.
Untuk tahap pertama, baru jembatan untuk pengunjung VIP yang sudah jadi. Nantinya wisatawan reguler juga akan melewati jembatan gantung lain untuk jalur pulang. Tetapi, saat kami ke sana, jembatan reguler sedang dalam tahap pembangungan.
Kalau jalur VIP, jembatan barunya mendekati jalan pulang. Dekat dengan pintu masuk suspension bridge. Sedangkan yang reguler mundur ke belakang. Sehingga rute pulangnya agak lebih jauh.
Katanya, kami wisatawan pertama yang merasakan jembatan merah ini. Menyeberang saat malam hari pula. Penasaran banget ingin menyebrang di jembatan yang baru!
Kami menyebrang berbarengan dengan para pekerja yang memasang tanda-tanda jalan menuju jembatan merah
Kami harus berjalan selama beberapa menit menuju jembatan. Malam itu, kami berbarengan dengan para pekerja yang sedang mematok beberapa tanda jalan. Ya karena jembatan yang baru ini memang baru banget dibukanya. Masih agak gelap di beberapa area, makanya kami diminta bawa senter.
Kalau untuk umum tetap dibukanya hanya sampai sore hari, ya. Gak tau deh kalau yang glamping di sana. Mungkin hanya jembatan utama aja yang boleh dilintasi saat malam oleh tamu Situgunung Glamping.
Wisatawan VIP yang bermain ke curug sawer nanti akan melewati tangga ini menuju jembatan merah
Wisatawan VIP yang bermain ke curug sawer setelah menyeberang jembatan utama juga akan ada jalur lain yang mengarah ke jembatan merah. Tetapi, karena saat itu sudah malam, kami tidak bermain ke curug.
"Wuidiiihh warna jembatannya merah. Beneran kayak tamu VIP digelar karpet merah, nih."
Kami masih becanda ketika melihat warna merah lantai jembatannya. Saya pun masih dengan pedenya bakal santai melewati jembatan. Gak taunya ....
"Kekeeee jangan digoyang-goyang. Bunda takuuutt!"
Saya sempat menyangka Keke lagi usil. Dia sengaja goyang-goyangin. Padahal mah dia sebetulnya jalan pelan-pelan. Tapi, karena bundanya takut, jadi dia tertuduh hehehe.
Menyebrang di jembatan merah ini ternyata lebih menegangkankan daripada di jembatan utama! Goyangannya lebih berasa. Kalau kata suami karena jembatannya gak selebar yang utama. Makanya jadi lebih bergoyang dan mengayun. Meski pun saat itu hanya kami yang lewat.
Saya gak tau berapa lebar jembatan merah. Pastinya sih gak lebih dari 2 meter. Lihat aja foto paling atas dari postingan ini. Kaki Keke masih menekuk ketika foto tiduran di jembatan. Saya dan suami berjajar udah hampir ngepas. Ya memang gak selebar jembatan utama.
Gayanya sok cool. Padahal aslinya deg-degan hehehe
Kalau kakak ipar dan putra yang takut ketinggian malah berkurang ketegangannya karena menyebrang di malam hari. Kali ini giliran saya yang tegang. Justru karena gak tau seberapa tinggi jembatan merah ini.
Selain suara kami, terdengar jelas suara aliran air yang deras. Tetapi, saya tidak tau itu suara air terjun atau sungai.
Udah gitu, kami gak dikasih harnest karena menyebrangnya kan gak saat jam operasional. Duh! Rasanya saya pengen ngesot atau merangkak aja sepanjang jembatan. Mukanya udah tegang. Beda banget ketika menyebrang di jembatan utama masih bisa berjalan dengan gagah hahahaha.
Lokasi jembatan merah ini dekat dengan pintu masuk. Tepatnya dekat parkiran masjid taman nasional. Bagi wisatawan yang parkir mobilnya di area dalam, katanya sih bisa diantar lagi pakai shuttle untuk ambil mobilnya.
Back to Content ⇧
Perbedaan Fasilitas Reguler dan VIP
Area untuk welcome drink dan camilan
Kalau lihat dari daftar harga hanya ada 3. Tetapi, di sini ada lebih dari 3 warna gelang. Saya lupa tanya perbedaannya.
Membedakan mana wisatawan reguler dan VIP terlihat dari warna gelang yang dipakai. Selain rute, ada beberapa perbedaan lain bagi wisatawan yang memilih tiket reguler dan VIP. Kalau untuk wisatawan reguler, hanya mendapatkan welcome drink. Sedangkan VIP masih dapat snack.
Area resto untuk makan siang wisatawan VIP
VIP juga terbagi 2. Kalau VIP 1 (IDR100K) dapatnya snack aja. Sedangkan untuk VIP 2 (IDR125K) ditambah dengan lunch. Resto untuk makan siang wisatawan VIP, ada di ujung jembatan merah. Jadi tidak satu kawasan dengan de'Balcony. Saya gak tau seperti apa menu makan siangnya. Saat kami ke sana kan restonya sudah tutup.
Karena saat ini sedang pandemi, protokol kesehatan tetap harus dipatuhi bila Sahabat KeNai ingin ke sana, ya. Bawa maskernya juga jangan cuma 1. Jaga-jaga kalau sampai keringetan dan masker basah.
Tanda 'X' sebagai pertanda menjaga jarak.
Di beberapa area, sudah ada tanda-tanda untuk jaga jarak. Tetapi, memang sebaiknya ke sana jangan saat jam sibuk. Mendingan paling pagi atau menjelang ditutup. Bisa juga ke sana bukan di akhir pekan atau musim libur. Ya meskipun udah jaga jarak, tetapi cukup ngeri kalau suasananya ramai di saat pandemi begini.
Saya lihat, agak jarang disediakan hand sanitizer atau tempat cuci tangan, kecuali di area resto. Jadi tetap bawa perlengkapan 'perang' seperti hand sanitizer, ya.
[Silakan baca: Review OH MY ORANGE Antibacterial Package, Perlengkapan yang Wajib Dibawa Saat Traveling Kala Pandemi]
Back to Content ⇧
Situ Gunung Suspension Bridge
Jl. Kadudampit
Gede Pangrango, Jawa Barat
http://situgunungbridge.com/
IG: @situgunungsuspensionbridge
Open hours: 07.00 s/d 16.00 WIB
Back to Content ⇧